Home » » #22 Pesantren Kilat

#22 Pesantren Kilat

Written By nurul on Selasa, 18 Juli 2017 | 16.24

Kultum Ramadhan


Semarak kegiatan Ramadhan dilingkup sekolah-sekolah bagi siswa siswi kita ada yg dikemas dalam tajuk 'pesantren kilat'. Dinamakan "Pesantren" karena para murid menginap di sekolah seperti dalam pondok pesantren. Dinamakan 'kilat', karena dengan rentang waktu tidak lebih satu pekan, bandingkan pesantren sungguhan, 3-6 tahun.

Ada pengalaman tak terlupakan pada kami saat pernah diminta mengisi materi utk salah satu sekolah favorit di Solo. Berhadapan dengan siswa/i SMP kelas 7 dan 8, berjumlah 300an bukanlah hal yg sederhana. Materi yg disampaikan berkaitan pergaulan di kalangan remaja.

Mengingat berhadapan langsung dengan para remaja, setelah pembukaan segera kami sampaikan pernyataan, "Bulan Ramadhan bulan kejujuran. Kami mohon berdiri diantara adik2 yg hadir yg belum pernah 'berpacaran'?

Alhamdulillah, ditengah arus pergaulan bebas dan mulai kendornya norma2 keluarga, ada 50an siswa/i yg berdiri. Secara acak kami minta tiga siswa untuk maju ke depan agar bisa menjelaskan  motif 'tidak berpacaran'.

"Saya saat ini tidak pacaran karena sdh 'menembak' 5 gadis, tapi belum ada yg berhasil, ustadz! Papar siswa yg paling bongsor tubuhnya. Hampir semua siswa bersorak atas kemalangan nasib siswa ini.

"Orang tua  belum mengijinkan saya karena dianggap masih kecil, besok kalau sdh di SMA," Jawab siswa yg memang kecil postur tubuhnya. Banyak yg terkekeh kasihan mendengarnya.

Kami tidak menduga berkait argumentasi diajukan siswa2 ini. Dan saat siswa ketiga memberikan jawaban," Saya takut mendekati perzinaan, nanti bisa disiksa di neraka". Tiba-tiba bergemuruh dari bibir mayoritas siswa," Huuu......!

Kami terpana, remaja sekarang ternyata tidak banyak yg takut dengan siksa neraka; dan bisa jadi juga tidak tertarik masuk surga dan kenikmatannya.

Apa yg salah pada anak-anak generasi muda kita? Di sekolah ada guru agama sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional. Masjid-musholla ada pengajaran dan pembelajaran membaca, hafalan ayat-ayat suci, serta doa2 harian.

Apakah pembelajaran 'ibadah' hy utk otaknya, tidak bagi jiwanya. Sedangkan pangkal perubahan adalah pada jiwa. Orang yg tahu tidak mesti bertindak sesuai dengan pengetahuannya.

Prof. DR H AA Soebiyanto, guru besar fakultas kedokteran UNS, sering kami bertemu setiap Rabu di PMI Solo pernah bertutur," Dokter spesialis dalam bisa meninggal karena terlalu banyak merokok. Bahaya rokok hanya tersimpan di otak. Tidak menggerakkan jiwa".

Maka perusahaan rokok tdk takut mencantumkan bahaya merokok dalam setiap kemasan, karena kecil pengaruh pengetahuan di otak bagi perubahan sikap dan perilaku.

Namun bila hati sudah disentuh, jiwa bisa tergerakkan. Akan hadirlah keyakinan. Para pejuang kemerdekaan yg berangkat berperang, bukan tidak paham akan resiko kematian. Tapi keyakinan yg kokoh menjadikan tidak pernah takut akan nyawa yg melayang.

Kita melupakan Jiwa, alangkah sering kita mengabaikannya. Pada jiwa Itulah letak keimanan, aqidah dan keyakinan yg menghidupkan hati.

Renungkan nasehat Rasulullah pada seorang remaja, putra Abbas; nasehat untuk jiwa,
"Jagalah hak Allah, niscaya DIA akan menjagamu.
Peliharalah hak Allah, niscaya kamu akan mendapatkanNYA dihadapanmu.
Kenalilah DIA saat kau bahagia, niscaya DIA akan mengenalimu saat kau susah.
Bila kau minta, mintalah kpd Allah.
Sungguh pena telah mengering, mencatat apa yg ada. Seandainya seluruh makhluk ingin menolongmu dgn apa yg tidak ditetapkanNYA, niscaya mereka tak sanggup menolongmu.
Jika ada makhluk yg bermaksud mencelakakanmu dengan sesuatu yg tidak ditetapkan Allah terhadapmu niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya."

Allahu a'lamu bishowab

22 Ramadhan 1438
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | Magnet Islam Official
Copyright © 2011. Magnet Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger