Home » » #9 AJAL, Tausiah tanpa Kata

#9 AJAL, Tausiah tanpa Kata

Written By nurul on Minggu, 11 Juni 2017 | 07.58

Kultum Ramadhan
AJAL,
Tausiah tanpa Kata

Setiap Jum'at ke3 malam, kami ada Kajian rutin TAAT yg sudah berlangsung belasan tahun. Anggotanya tdk bertambah tapi terus berkurang karena 'ajal'. Maklum inilah reuni ketaatan anggota keluarga besar PII di masa Gestapu, tahun 1965an. Usia anggota pengajian rata2 diatas jatah usia Nabi yg 63 tahun.

Saya tidak tahu kenapa bergabung dg kajian ini, tapi pertemuan dg para sesepuh bisa banyak belajar tentang perjalanan hidup.

"Orang beriman hendaknya senantiasa ingat akan keberadaan "Keranda Airlines". Sebuah maskapai penerbangan yg punya slogan 'on time', 'no delay' dan 'no cancel'. Tiket tak perlu bayar alias gratis, dijemput dan diiringi petugas 'malaikat maut'.

Penjemputan tanpa pemberitahuan melalui bandara kematian. Dari bandara terbang ke alam Akhirat, fasilitas disediakan sesuai amal yg dibawa. Hanya melayani dua tujuan penerbangan yaitu Surga atau Neraka."

Demikianlah penuturan Pak Alwan, anggota TAAT yg sempat mendapat 'nikmat' sakit cukup lama dan sekarang kembali bergabung dalam kebahagiaan dan ketaatan.

Kematian bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang. Hukum kehancuran hanya berlaku pada wujud yg berstruktur materi. Ruh bukanlah materi, maka dia terkena hukum kehancuran.

Mati adalah awal dari hidup baru di alam yg baru. Dunia, dalam bahasa yg dekat, sebentar, sekarang dan disini; sedangkan Akhirat artinya kehidupan kelak setelah hidup di dunia.

Surga dan neraka sesungguhnya tdk lebih keputusan karma atas sebab akibat. Bila kita beriman pada Allah SWT dilanjutkan berbuat baik terhadap sesama hakekatnya dia berbuat baik serta menolong dirinya sendiri. Surga Balasannya.

Namun bila kita "kafir", dari bahasa Arab semakna dg kata 'cover' dalam bahasa Inggris. Yaitu menutupi cahaya kasih dan petunjukNYA maka dia akan berjalan dalam kegelapan. Neraka tempatnya.

Ada pelajaran dari anak perempuan 10 tahun menjemput mati, Asa Putri Utami binti Joko Syahban. Mengindap 'lupus', penyakit mematikan. Anak periang yg bercita2 jadi dokter dan penghafal Qur'an. "Ma, aku benar2 ingin sembuh, ingin sekolah, menghafal Al-Quran. Aku berdoa terus," tutur sang Putri pada Mamanya.

Walau dlm penderitaan sang Putri sangat peduli dg sesama. Putri pernah temui teman sekamar di rumah sakit yg merintih kesakitan. Dia tanyakan, namanya. Dia sampaikan pada Mamanya," Kasihan sekali dia, ma. Aku beri hadiah Al Fatihah...!

Setelah berjuang melawan penyakit, sang Putri kelahiran Solo ini akhirnya menghembuskan nafas yg terakhir dg senyum menyiratkan kemuliaan kehidupannya.

Sang Putri tidak mati, dia hanya tidur. Kedua bibirnya menyunggingkan senyum meski kedua mata terpejam. Demikian pengakuan para pelayat.

Ajal adalah tersibaknya tirai penutup yg menghalangi manusia melihat keindahan hakiki tentang alam sesudah mati. Tidak ada peristiwa yg ditunggu kecuali kematian.

Merenung ttg kematian tidak berarti harus pasif, sebaliknya justru lebih serius dlm amal mengingat fasilitas umur yg pendek, ibarat lomba lari harus berpacu krn garis dunia semakin dekat.
Allahu a'lamu bishowab.

9 Ramadhan 1438
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | Magnet Islam Official
Copyright © 2011. Magnet Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger