Kultum Ramadhan
Jujur berbicara itu terkadang tidak menimbulkan kemaslahatan utk kita. Bila kita jumpai orang-orang yg mabuk karena pesta minuman keras. Kita datangi dan sampaikan kepada mereka, bahwa perbuatan ini terlaknat dan diancam dg dalil2 agama. Pastilah kita akan dilempar botol-botol yg ada. "Pengalaman". He..he.
Tidak ada yg salah dengan maksud yg kita katakan. Yang salah adalah "cara" untuk menyampaikan. Maka kita butuh belajar ilmu berkomunikasi.
Manusia Taqwa adalah manusia yg pandai berkomunikasi, selalu mengkomunikasikan kebenaran bukan pembenaran.
Bulan Ramadhan adalah ladang "penyampaian" kebenaran. Saksikan masjid, surau dan mushola, tdk hanya menjamu soal sholat; tapi juga tampil para komunikator yg mengajak jamaah berlomba-lomba berbuat benar, baik dan meningkatkan kepedulian pada sesama.
Ada tiga tipe terkait dg cara berkomunikasi;
1. Agresif
Menyampaikan kebenaran dengan tidak memperdulikan lawan bicaranya. Ia tidak peduli dengan orang lain yang sakit hati atas ucapannya. Bagi dirinya yg penting sdh menyampaikan ayat, tapi penyampaiannya dijamin kurang menarik. Harus bersiap memiliki banyak musuh dan ditinggal kawan.
2. Permisif
Ini karakter orang rendah diri, kebenaran yg disampaikan justru menyakiti dirinya. Sering mengatakan saya memang bodoh, tidak berpendidikan, miskin dan seterusnya.
3. Asertif
Tidak ada yg disakiti dan tersakiti atas kebenaran yg disampaikan. Namun bisa menyenangkan orang lain dan dirinya.
Kalau ingin tidak ingin punya masalah, memang tipe 'asertif' ini yg dipilih. Sehingga komunikator ini bisa diterima dimana-mana. Semua orang senang. Dan bisa diterima oleh semuanya.
Jujur, mereka yg mau mencermati sejarah manusia, mulai Nabi Adam hingga saat ini akan nampak sesuatu yg jelas bahwa "kebenaran" tdk semuanya bisa menerima. Akan hadir "kejahatan" yg berusaha melawannya.
Islam itu agama yg dasarnya jelas, AlQur'an dan Sunnah Rasul. Menjadi tidak terang saat para komunikator mencoba memperhalus, bahkan menyamarkan kata2 dalam Al Qur'an atas dalil meminimalisir orang yg tersinggung dan tersakiti.
Seharusnya kita berpikir dan berusaha menemukan metode yg tepat untuk menyampaikan kebenaran tanpa mengubah makna kebenaran itu sendiri. Kesalahan besar akhirnya kebenaran yg sejati tdk jadi tersampaikan.
Orang bertaqwa itu bukan yg tdk pernah berbuat salah, melainkan ketika menyadari berbuat salah akan segera memohon maaf dan kembali ke jalan yg benar.
Palang Merah Indonesia di cabang Solo, ada komunitas kepengurusan yg cukup menarik. Dipimpin duet H Susanto dan Sumartono yg berbeda keyakinan agamanya. Mampu menunjukkan sebagai organisasi yg memberi manfaat dan dicintai masyarakat. Tidak hanya berkutat urusan 'donor darah'. Tapi jg membiayai dan mendampingi orang sakit-miskin dlm penderitaan. Merawat dan menampung ratusan orang gila terlantar. Juga menyediakan tempat tinggal dengan fasilitasnya utk orang2 tua yg sendirian dan kesepian. Bahkan ada mimpi yg hendak diwujudkan membangun rumah sakit utk si miskin.
" Beliau-beliau ini bisa dijadikan teladan, mau berdonasi paling awal. Kebenaran disampaikan dengan jelas, tegas dan terkadang menyakitkan; tapi setiap selesai rapat; pastilah ada permintaan maaf yg tulus kepada kami! Kami senang dan bangga di PMI Solo," pengakuan seorang karyawan yg tdk mau disebut namanya.
Allahu a'lamu bishowab
16 Ramadhan 1438
Home »
Kultum Ramadhan
» #16 Cara Berkomunikasi
#16 Cara Berkomunikasi
Written By nurul on Minggu, 11 Juni 2017 | 08.33
Labels:
Kultum Ramadhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar