Home » » #25 Baitii Jannatii

#25 Baitii Jannatii

Written By nurul on Selasa, 18 Juli 2017 | 16.27

Kultum Ramadhan


Baitii Jannatii, rumahku surgaku. Ungkapan Rasulullah akan keadaan rumah tangganya; tentulah ini bukan penyataan basa-basi tanpa makna. Pesan utama, siapa pun yg ingin merasakan surga dunia maka mereka bisa dapatkan dalam rumah tangga yg ditegakkan dengan pondasi keimanan, pilar2 cinta kasih sayang, tembok saling menjaga dan menghargai serta dipayungi atap kebersyukuran.

Itulah bangunan kebersamaan dalam kebahagiaan. Kita sering menjumpai keluarga yg dekat secara fisik (physical closeness), namun tidak dekat secara emosi (attachment). Saat bersama-sama di rumah, bahkan terkadang melakukan kegiatan yg sama dalam acara 'makan' bersama, tapi tak ada kebersamaan. Kita sama2 menatap HP masing2, pikiran sibuk sendiri-sendiri. Kita saling duduk berdekatan, tapi tidak menjalin kedekatan.

Bacalah kisah keluarga Nabi Muhammad SAW;  beliau bermain kuda2an dg cucu2nya,  bercanda dan menyapa anak-anak kecil yg bermain. Bahkan memanjangkan sujud sholatnya saat tahu sang cucu menaikinya. Dan sangat sayang dengan putri dengan menghamparkan sorban saat Fatimah yg sudah berputra datang. Apalagi sikap beliau dg istri-istrinya, tdk ada penjelasan yg bisa keluar dari para istri Rasulullah kecuali, "Semua sikap beliau menakjubkan dan mengesankan dalam berumah tangga."

Ada kisah nyata tentang keluarga yg dituturkan Muhammad Fauzil A, seorang psikolog keluarga dalam bukunya "Saat berharga untuk anak Kita". Pernah ditemukan anak jalanan yg babak belur mukanya dikeroyok anak2 jalanan lainnya. Dirawat dengan kasih sayang komunitas yg peduli dengan anak2 jalan.

Karena masih kecil anak ini ditawarkan untuk hidup di panti asuhan atau dipulangkan ke rumah orang tuanya. Seperti fitrah anak kecil lainnya, selalu ada rasa rindu pada orang tua. Ia pilih diantarkan ke rumah orang tuanya.

Diantar seorang relawan, anak ini pulang ke sebuah kota yg berbeda propinsi di Indonesia. Nyaris tak percaya, orang tua anak itu ternyata orang terkemuka. Ayahnya pejabat aparat hukum dan Bundanya kepala sekolah yg cukup ternama. Rumahnya megah, mewah dengan semua fasilitasnya.

Melihat anaknya yg sdh 2 tahun meninggalkan rumah, tak ada air mata haru yg menyambutnya. Bahkan kata2 ketus tak bersahabat dari ibu yg pintar mendidik anak orang lain, bukan anak kandungnya," Ngapain kamu pulang?"

Relawan pengantar ikut merasakan remuknya perasaan sang anak. Betul-betul menghinakan, sangat kasar dan menyakitkan. Akhirnya anak ini memilih kembali bersama komunitas komunitas jalanan. Tak ada air mata yg melepas sang anak dari kedua orang tuanya.

Itulah contoh keluarga yg berada dan punya segalanya kecuali satu yg tidak ada; 'perasaan', kasih sayang. Mungkin inilah yg disebut 'Baitii Naarii', rumahku nerakaku.

Saudaraku,
Marilah di hari2 akhir Ramadhan ini, kita introspeksi diri atas semua sikap dan perilaku kita kepada orang tua, pasangan hidup, anak-anak kita dan siapa saja yg tinggal di rumah bersama kita.
Jadikanlah bulan penuh 'barakah' ini, (berlipatnya kebaikan) menjadi dasar pijakan kita membangun keluarga.
Prioritaskan barakah untuk mengantarkan kebahagiaan rumah tangga kita.
Barakah akan mampu menghadirkan keceriaan tatkala hadir badai yg menghantam keluarga.
Barakah tetap menghasilkan senyum meski air mata kedukaan menetes.
Barakah bisa memunculkan rindu ditengah kejengkelan.
Barakah adalah rumah yg pembeliannya dibayar lunas dengan Sakinah, Mawaddah wa Rahmah.

Allahu a'lamu bishowab

25 Ramadhan 1438
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template | Magnet Islam Official
Copyright © 2011. Magnet Islam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger